Kita
harus tahu, "cinta" itu sudah bosan dijadikan pembenaran, argumen atas
situasi manusia yang membuat rumit dan merusak dirinya sendiri. Bosan.
Karena "cinta" selalu saja bersahaja dan suci. Manusialah yang me-recokinya dengan keinginan, ambisi, ngotot, nafsu, dsbgnya.
*Tere Liye
Karena "cinta" selalu saja bersahaja dan suci. Manusialah yang me-recokinya dengan keinginan, ambisi, ngotot, nafsu, dsbgnya.
*Tere Liye
Dikatakan atau tidak dikatakan, itu tetap cinta. Tidak akan berkurang walau sehelai nilainya.
*Tere Liye
*Sunset
Saat senja datang,
Apakah Bumi yang pergi meninggalkan
Atau Matahari yang mengucapkan selamat tinggal?
*Tere Liye
*Sunset
Saat senja datang,
Apakah Bumi yang pergi meninggalkan
Atau Matahari yang mengucapkan selamat tinggal?
Saat purnama tinggi,
Apakah Bumi yang menatap rindu
Atau Rembulan yang menatap kangen?
Saat hujan turun,
Apakah awan yang berlarian tak sabar
Atau Bumi yang menyambut riang?
Entahlah.
Saat dua sahabat lama bertemu
Siapa yang menunggu, siapa yang datang
Jika dua-duanya berpelukan erat
Saat dua musuh berperang
Siapa yang memulai, siapa yang mengakhiri
Jika dua-duanya sama-sama binasa
Pun, saat sebuah hubungan terputus
Siapa yang pergi, siapa yang ditinggal
Jika dua-duanya sama2 terluka
Entahlah.
*Tere Liye
“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.
Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus.
Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan.”
Apakah Bumi yang menatap rindu
Atau Rembulan yang menatap kangen?
Saat hujan turun,
Apakah awan yang berlarian tak sabar
Atau Bumi yang menyambut riang?
Entahlah.
Saat dua sahabat lama bertemu
Siapa yang menunggu, siapa yang datang
Jika dua-duanya berpelukan erat
Saat dua musuh berperang
Siapa yang memulai, siapa yang mengakhiri
Jika dua-duanya sama-sama binasa
Pun, saat sebuah hubungan terputus
Siapa yang pergi, siapa yang ditinggal
Jika dua-duanya sama2 terluka
Entahlah.
*Tere Liye
“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.
Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus.
Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan.”
— Tere Liye, novel “Daun yang jatuh tak pernah membenci Angin”
"Kita tidak akan pernah menemukan orang yang benar2 memahami kita, tahu kebiasaan kita, mengerti semua tentang kita. Impossible.
Tapi kita bisa menemukan orang yg sungguh2 bersedia memahami kita. Dan itu lbh dari cukup, sepanjang kita jg sungguh2 bersedia memahaminya."
*Tere Liye
Ada dua jenis manusia di dunia ini: yang memberi dan yang menerima.
Dengarkanlah nasehat Rasul Allah, bahwa tangan di atas (yang memberi) lebih baik daripada tangan di bawah (yang menerima).
Maka, berhentilah berpikir gratisan itu asyik, keren, horeee, dsbgnya. Mulailah menjadi bagian orang2 yang memberi. Tidak punya uang, gunakan ilmu pengetahuan, tidak berilmu, gunakan waktu dan tenaga. Tidak punya waktu dan tenaga, gunakan doa-doa. Mulailah berpikir: memberi itu keren.
Tapi kita bisa menemukan orang yg sungguh2 bersedia memahami kita. Dan itu lbh dari cukup, sepanjang kita jg sungguh2 bersedia memahaminya."
*Tere Liye
Ada dua jenis manusia di dunia ini: yang memberi dan yang menerima.
Dengarkanlah nasehat Rasul Allah, bahwa tangan di atas (yang memberi) lebih baik daripada tangan di bawah (yang menerima).
Maka, berhentilah berpikir gratisan itu asyik, keren, horeee, dsbgnya. Mulailah menjadi bagian orang2 yang memberi. Tidak punya uang, gunakan ilmu pengetahuan, tidak berilmu, gunakan waktu dan tenaga. Tidak punya waktu dan tenaga, gunakan doa-doa. Mulailah berpikir: memberi itu keren.
*Tere Liye
*Memasukkan Air Ke Dalam Kantong
Bagaimanalah triknya, Kawan, kita diberikan sebuah botol, besar memang, tapi guru menyuruh kita memasukkan seluruh air di danau ke dalam botol itu?
Bagaimanalah caranya, Sobat, kita diberikan sebuah kantong plastik, amat besar sungguh, tapi guru menyuruh kita memasukkan seluruh pasir di pantai ke dalam kantong tersebut?
*Memasukkan Air Ke Dalam Kantong
Bagaimanalah triknya, Kawan, kita diberikan sebuah botol, besar memang, tapi guru menyuruh kita memasukkan seluruh air di danau ke dalam botol itu?
Bagaimanalah caranya, Sobat, kita diberikan sebuah kantong plastik, amat besar sungguh, tapi guru menyuruh kita memasukkan seluruh pasir di pantai ke dalam kantong tersebut?
Sungguh
tidak bisa. Kita hanya bisa kembali dengan botol dan kantong plastik,
menggeleng. Menatap guru yang hanya tersenyum bijak.
Maka itulah dunia ini. Kehidupan kita persis seperti botol dan kantong plastik itu. Sebesar apapun botol dan kantongnya, seraksasa apapun bentuknya, dia tetap memiliki kapasitas. Terbatas.
Sedangkan air di danau, pasir di pantai adalah keinginan kita. Banyak sekali. Hei, bukan hanya air di danau yang saya sebut dalam tulisan ini, tapi juga ada danau2 lainnya, danau berwarna hijau, berwarna merah, berwarna cokelat. Belum lagi menghitung air di sungai, di lautan, di toren, di parit, di galon minum, dsbgnya. Itulah keinginan manusia. Tidak terbatas. Ibarat butiran pasir, tak terbilang jumlahnya di dunia ini. Tak sanggup untuk dihitung butir demi butir. Tak mampu diterka berapa jumlahnya. Itulah keinginan manusia. Amat tidak terbatas.
Jadi, bagaimanalah kita: memenuhi keinginan tidak terbatas itu dengan kehidupan yang terbatas?
Kenapa kita masih saja lagi, terus, merasa kurang, mau nambah, selalu melihat orang yang lebih, terussss saja dipenuhi dengan ambisi-ambisi keinginan. Hingga kita benar-benar lupa sebuah nasehat bijak: saat mati, tidak ada satupun yang dibawa pergi. Semua ditinggalkan di atas dunia.
Demikianlah. Maka semoga kita selalu termasuk golongan orang2 yang berpikir.
*Tere Liye
Ketika seseorang membuat kita menunggu, itu berarti ada hal lebih penting yang dia urus dibandingkan kita.
Selalu begitu.
Karena kalau kita memang penting, amat berharga, dia tidak akan pernah membiarkan kita menunggu. Dan sama, ketika kita merasa seseorang itu penting, kita juga tidak akan pernah membiarkan dia menunggu sedikit pun.
Maka itulah dunia ini. Kehidupan kita persis seperti botol dan kantong plastik itu. Sebesar apapun botol dan kantongnya, seraksasa apapun bentuknya, dia tetap memiliki kapasitas. Terbatas.
Sedangkan air di danau, pasir di pantai adalah keinginan kita. Banyak sekali. Hei, bukan hanya air di danau yang saya sebut dalam tulisan ini, tapi juga ada danau2 lainnya, danau berwarna hijau, berwarna merah, berwarna cokelat. Belum lagi menghitung air di sungai, di lautan, di toren, di parit, di galon minum, dsbgnya. Itulah keinginan manusia. Tidak terbatas. Ibarat butiran pasir, tak terbilang jumlahnya di dunia ini. Tak sanggup untuk dihitung butir demi butir. Tak mampu diterka berapa jumlahnya. Itulah keinginan manusia. Amat tidak terbatas.
Jadi, bagaimanalah kita: memenuhi keinginan tidak terbatas itu dengan kehidupan yang terbatas?
Kenapa kita masih saja lagi, terus, merasa kurang, mau nambah, selalu melihat orang yang lebih, terussss saja dipenuhi dengan ambisi-ambisi keinginan. Hingga kita benar-benar lupa sebuah nasehat bijak: saat mati, tidak ada satupun yang dibawa pergi. Semua ditinggalkan di atas dunia.
Demikianlah. Maka semoga kita selalu termasuk golongan orang2 yang berpikir.
*Tere Liye
Ketika seseorang membuat kita menunggu, itu berarti ada hal lebih penting yang dia urus dibandingkan kita.
Selalu begitu.
Karena kalau kita memang penting, amat berharga, dia tidak akan pernah membiarkan kita menunggu. Dan sama, ketika kita merasa seseorang itu penting, kita juga tidak akan pernah membiarkan dia menunggu sedikit pun.
*Tere Liye
Hidup ini kadang tidak berjalan sesuai keinginan kita. Karena pengemudi hidup kita sejatinya bukan kita sendiri.
Tidak mengapa. Sepanjang kita tetap jujur, bekerja keras dan selalu kongkret, insya Allah, jalannya kembali lancar.
*Tere Liye
Tidak mengapa. Sepanjang kita tetap jujur, bekerja keras dan selalu kongkret, insya Allah, jalannya kembali lancar.
*Tere Liye
Banyak
di antara para pencinta yang mengucapkan kalimat "selamat tinggal"
kepada seseorang/sesuatu yang bahkan sebelumnya tidak pernah disapa
"selamat bertemu", tidak pernah bersama sama sekali, tidak pernah punya
jalan cerita bersisian.
Perasaan itu kadang kejam sekali.
*Tere Liye
Dunia ini besar sekali. Naik pesawat saja butuh lebih dari sehari semalam mengelilinginya. Apalagi jalan kaki, bisa bertahun-tahun.
Dunia ini juga banyak sekali penghuninya. Ada tujuh milyar. Coba saja kita berhitung 1 sampai dengan 7 milyar, jangan-jangan, tiba di angka 6.999.999.999, kalian akan trauma melihat dan mendengar angka. Banyak sekali orangnya.
Maka, bagi orang2 yg tidak paham, ketika menyaksikan dua orang bertemu, saling suka, lantas menikah, dia akan bilang: Itu sungguh kebetulan menarik, ada 7 milyar orang, dan mereka bisa berjodoh satu sama lain.
Perasaan itu kadang kejam sekali.
*Tere Liye
Dunia ini besar sekali. Naik pesawat saja butuh lebih dari sehari semalam mengelilinginya. Apalagi jalan kaki, bisa bertahun-tahun.
Dunia ini juga banyak sekali penghuninya. Ada tujuh milyar. Coba saja kita berhitung 1 sampai dengan 7 milyar, jangan-jangan, tiba di angka 6.999.999.999, kalian akan trauma melihat dan mendengar angka. Banyak sekali orangnya.
Maka, bagi orang2 yg tidak paham, ketika menyaksikan dua orang bertemu, saling suka, lantas menikah, dia akan bilang: Itu sungguh kebetulan menarik, ada 7 milyar orang, dan mereka bisa berjodoh satu sama lain.
Tetapi sebaliknya, bagi orang2 yg yakin, ketika menyaksikan dua orang
bertemu, saling suka, lantas menikah, dia akan bilang: Itulah skenario
terhebat dari yang maha memilki skenario. Tidak akan tertukar.
*Tere Liye
*Tere Liye
Jika
seseorang itu memang sungguh2 ingin tinggal, maka dia akan selalu punya
alasan, meskipun sudah beribu alasan gagal. Dia akan menemukan alasan
baik berikutnya.
Tapi sebaliknya, jika seseorang itu memang sudah ingin pergi, seribu alasan baik pun tidak akan berguna lagi. Dia tetap akan pergi.
*Tere Liye
Ambisi, keinginan, nafsu membuat seorang RAJA menjadi budak.
Tapi sabar justeru membuat seorang BUDAK menjadi raja.
*nasehat seorang guru, Imam Ghazal
Tapi sebaliknya, jika seseorang itu memang sudah ingin pergi, seribu alasan baik pun tidak akan berguna lagi. Dia tetap akan pergi.
*Tere Liye
Ambisi, keinginan, nafsu membuat seorang RAJA menjadi budak.
Tapi sabar justeru membuat seorang BUDAK menjadi raja.
*nasehat seorang guru, Imam Ghazal
Seorang guru pernah menasehati:
Semakin dalam sebuah sungai, maka permukaannya akan terlihat tenang. Tidak beriak walau se-mili. Tapi jangan coba2 loncat ke dalam sungai itu, kita bisa terkejut dengan betapa dalam dasarnya.
Sebaliknya, semakin dangkal sebuah sungai, airnya mengalir deras, berisik, bergemuruh, terpercik kemana-mana. Tapi dangkal saja, cuma sebetis kaki, langsung terlihat dasarnya.
Semakin dalam sebuah sungai, maka permukaannya akan terlihat tenang. Tidak beriak walau se-mili. Tapi jangan coba2 loncat ke dalam sungai itu, kita bisa terkejut dengan betapa dalam dasarnya.
Sebaliknya, semakin dangkal sebuah sungai, airnya mengalir deras, berisik, bergemuruh, terpercik kemana-mana. Tapi dangkal saja, cuma sebetis kaki, langsung terlihat dasarnya.
Begitu juga manusia. Semakin dalam pengetahuannya, dia tenang
mengagumkan. Semakin dangkal wawasannya, dia berisik amat mengganggu
tiada banyak manfaatnya.
Jadi jomblo itu kadang tidak mudah. Tidak pacaran, disangka nggak laku. Belum menikah, diduga penakut akut.
Nah, berikut tipsnya, kalau ada yang nanya hal beginian kalian jawab saja dengan mantap: "Ini sudah 2014, Om, Tante, Pakde, Bude, saya sudah besar. Saya tahu persis mau melakukan apa. Fokus sekolah. Serius kerja. Daripada menghabiskan waktu buat galau. Dan besok lusa insya Allah bakal ketemu jodohnya. Saya yakin banget soal itu."
*Tere Liye
Nah, berikut tipsnya, kalau ada yang nanya hal beginian kalian jawab saja dengan mantap: "Ini sudah 2014, Om, Tante, Pakde, Bude, saya sudah besar. Saya tahu persis mau melakukan apa. Fokus sekolah. Serius kerja. Daripada menghabiskan waktu buat galau. Dan besok lusa insya Allah bakal ketemu jodohnya. Saya yakin banget soal itu."
*Tere Liye
Orang
bawa bantal, belum tentu akan tidur. Orang bawa handuk, pun belum tentu
bakal mandi. Orang yang bawa piring, juga belum pasti akan makan.
Di dunia ini banyak sekali yang sudah terlihat begitu, ternyata memang belum tentu akan begitu. Termasuk salahsatunya, orang2 yang perhatian sama kita, belum tentu memang suka, memang sayang sama kita. Mungkin saja dia memang perhatian dan baik ke semua orang, atau kitanya yang korslet, merasa GR duluan.
*Tere Liye
Di dunia ini banyak sekali yang sudah terlihat begitu, ternyata memang belum tentu akan begitu. Termasuk salahsatunya, orang2 yang perhatian sama kita, belum tentu memang suka, memang sayang sama kita. Mungkin saja dia memang perhatian dan baik ke semua orang, atau kitanya yang korslet, merasa GR duluan.
*Tere Liye
Tidak
perlu terburu-buru. Apalagi dalam urusan perasaan. Karena jikalau itu
memang spesial, menunggu lama sekalipun itu tetap berharga.
Tidak perlu cemas apalagi takut. Apalagi dalam urusan perasaan. Karena jikalau itu memang sejati, kita tidak akan cemas walau sesenti, sejauh apapun pergi, dia akan kembali.
*Tere Liye
*Sajak Bukankah, atau bukankah
Bukankah,
Banyak yang berharap jawaban dari seseorang?
Yang sayangnya, yang diharapkan bahkan tidak mengerti apa pertanyaannya
“jadi, jawaban apa yang harus diberikan?”
Tidak perlu cemas apalagi takut. Apalagi dalam urusan perasaan. Karena jikalau itu memang sejati, kita tidak akan cemas walau sesenti, sejauh apapun pergi, dia akan kembali.
*Tere Liye
Cinta
sejati selalu datang pada saat yang tepat, waktu yang tepat, dan tempat
yang tepat. Ia tidak pernah tersesat sepanjang kalian memiliki sesuatu.
Apa sesuatu itu? Tentu saja bukan GPS, alat pelacak, peta, satelit, dan
sebagainya, sesuatu itu adalah pemahaman yang baik bagaimana menjaga
kehormatan perasaan dengan tidak melanggar nilai2 agama.
–Tere Liye, separuh quote dari novel ‘Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah’.
–Tere Liye, separuh quote dari novel ‘Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah’.
*Sajak Bukankah, atau bukankah
Bukankah,
Banyak yang berharap jawaban dari seseorang?
Yang sayangnya, yang diharapkan bahkan tidak mengerti apa pertanyaannya
“jadi, jawaban apa yang harus diberikan?”
Bukankah,
Banyak yang menanti penjelasan dari seseorang?
Yang sayangnya, yang dinanti bahkan tidak tahu harus menjelaskan apa
“aduh, penjelasan apa yang harus disampaikan?”
Bukankah,
Banyak yang menunggu, menunggu, dan terus menunggu seseorang
Yang sayangnya, hei, yang ditunggu bahkan sama sekali merasa tidak punya janji
“kau menungguku? Sejak kapan?”
Bukankah,
Banyak yang menambatkan harapan
Yang sayangnya seseorang itu bahkan belum membangun dermaga
“akan kau tambatkan di mana?”
Bukankah,
Banyak yang menatap dari kejauhan
Yang sayangnya, yang ditatap sibuk memperhatikan hal lain
Bukankah,
Banyak menulis puisi, sajak2, surat2, tulisan2
Yang sayangnya, seseorang dalam tulisan itu bahkan tidak tahu dia sedang jadi tokoh utama
Pun bagaimana akan membacanya
Aduhai, urusan perasaan, sejak dulu hingga kelak
Sungguh selalu menjadi bunga kehidupan
Ada yang mekar indah senantiasa terjaga
Ada yang layu sebelum waktunya
Maka semoga, bagian kita, tidak hanya mekar terjaga
Tapi juga berakhir bahagia
*Tere Liye
Sekian dulu postingan dari Tere liye nanti lain waktu di sambung lagi,
this good semangat menjalani hidup.
andry maryanto
Banyak yang menanti penjelasan dari seseorang?
Yang sayangnya, yang dinanti bahkan tidak tahu harus menjelaskan apa
“aduh, penjelasan apa yang harus disampaikan?”
Bukankah,
Banyak yang menunggu, menunggu, dan terus menunggu seseorang
Yang sayangnya, hei, yang ditunggu bahkan sama sekali merasa tidak punya janji
“kau menungguku? Sejak kapan?”
Bukankah,
Banyak yang menambatkan harapan
Yang sayangnya seseorang itu bahkan belum membangun dermaga
“akan kau tambatkan di mana?”
Bukankah,
Banyak yang menatap dari kejauhan
Yang sayangnya, yang ditatap sibuk memperhatikan hal lain
Bukankah,
Banyak menulis puisi, sajak2, surat2, tulisan2
Yang sayangnya, seseorang dalam tulisan itu bahkan tidak tahu dia sedang jadi tokoh utama
Pun bagaimana akan membacanya
Aduhai, urusan perasaan, sejak dulu hingga kelak
Sungguh selalu menjadi bunga kehidupan
Ada yang mekar indah senantiasa terjaga
Ada yang layu sebelum waktunya
Maka semoga, bagian kita, tidak hanya mekar terjaga
Tapi juga berakhir bahagia
*Tere Liye
Sekian dulu postingan dari Tere liye nanti lain waktu di sambung lagi,
this good semangat menjalani hidup.
andry maryanto
No comments:
Post a Comment