Wednesday, 28 September 2016

Sumber-Sumber Kesesatan




Saat menjelang wafatnya,  salah satu pesan Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya adalah hendaknya mereka berpegang teguh kepada dua perkara yang sangat berharga; yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Beliau menjamin siapa saja yang berpegang teguh kepada keduanya, maka jalan hidup mereka tidak akan tersesatkan.
Kebenaran risalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini benar-benar telah dibuktikan dengan nyata oleh orang-orang yang berpegang teguh pada kedua pokok sumber ajaran Islam yang murni. Mereka hidup mulia, bersatu dalam dalam manhaj, bersatu dalam barisan, hingga mereka hidup jaya di bawah naungan al-Qur’an dan Sunnah Nabinya.
Namun seiring panjangnya perjalanan sejarah tibalah musibah besar yang belum pernah dialami oleh generasi pertama yang terbaik yaitu banyaknya perselisihan dan perpecahan yang begitu akrab dengan umat ini. Hal ini bukan dikarenakan sumber al-Qur’an dan as-sunnah telah musnah, akan tetapi banyaknya kaum muslimin yang tidak merasa puas jika hanya bersumber kepada keduanya, karenanya mereka menambah dengan sumber-sumber palsu yang dijadikan rujukan, bahkan ada yang dijadikan sebagai pengganti dari al-Qur’an dan al-Hadits.
Sumber-sumber palsu yang menyesatkan tersebut di antaranya:
  • 1.   Hawa Nafsu
Hawa nafsu biasanya lebih kuat dari ilmu seseorang, sehingga hawa nafsu diikuti dan ilmu ditinggalkan
Alloh subhanahu wata’ala berfirman:
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhannya dan Alloh membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya...” (QS. Al-Jatsiyah: 23)
Karena mengikuti hawa nafsu inilah seseorang banyak yang terhalangi  untuk menerima kebenaran. Sebagaimana firman Alloh subhanahu wata’ala:
“..Ketahuilah bahwa sesung- guhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Alloh sedikitpun..” (QS. Al-Qoshosh: 50)
  • 2.    Akal
Akal pada asalnya merupakan tempat bergantungnya taklif hukum sehingga orang yang tidak berakal tidak dibebani hukum Alloh subhanahu wata’ala.
Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ عَنِ الْمَجْنُوْنِ  الْمَغْلُوْبِ عَلىَ عَقْلِهِ حَتَّى يَبْرَأَ وَعَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقَظَ وَعَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمُ
Pena diangkat dari tiga golongan: orang yang gila yang akalnya tertutup sampai sembuh orang yang tidur sehingga bangun dan anak kecil sehingga baligh.[HR. Ibnu Khuzaimah Ibnu Hibban dan Ad-Daruquthni]
Akan tetapi akal sifatnya terbatas sehingga akal tidak bisa menembus di luar jangkauannya, oleh karenanya akal tidak bisa dijadikan sebagai tandingan syari’at, akal hanya diperintahkan untuk pasrah dan mengamalkan perintah syariat meskipun ia tidak mengetahui hikmah di balik perintah itu.
Imam Az-Zuhri berkata:
( مِنَ اللهِ الرِّسَالَةُ وَعَلَى الرَّسُوْلِ الْبَلاَغُ وَعَلَيْنَا التَّسْلِيْمُ )
“Risalah berasal dari Alloh, tugas Rosul-Nya adalah menyampaikan dan kewajiban kita adalah menerima dengan sepenuhnya .”
Jadi, dalil yang shohih akan selalu selaras dengan akal yang sehat begitu pula akal yang sehat tidak mungkin bertentangan dengan nash yang shohih..
  • 3.   Mimpi
Apa pun bentuknya, mimpi tidak bisa dijadikan dalil Syari’ah, bahkan mimpi bertemu Rasulullah SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM sekalipun. Walaupun memang ada yang dinamakan “ru’yah sodiqoh” (mimpi benar yang bermakna), akan tetapi mimpi tetap tidak bisa dijadikan sebagai sumber kepercayaan, atau sebagai pijakan bagi perintah dan larangan, karena Islam telah sempurna sepeninggal Rosululloh.
Imam Asy Syathibi berkata : “Di antara contohnya jika seorang Hakim (Qodhi) yang telah mendengar kesaksian dari dua orang saksi yang adil, lalu Hakim tersebut bermimpi melihat Rasulullah SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM berkata bahwa kedua saksi itu tidak adil, maka mimpi itu harus ditolak karena bertentangan dengan prinsip syari’at (maupun kaidah – kaidahnya)..” [Al-Muwaafaqaat, Asy-Syathibi, II/266-268]
  • 4.   Ilmu Kasyaf (Penyingkapan Tabir Ghaib)
Beberapa aliran Tashallallahu ‘alaihi wasallamuf  memandang bahwa ilmu kasyaf adalah ilmu yang diterima secara yakin, sehingga dapat dijadikan tambahan bagi syari’at. Bahkan mereka sering mendahulukan ilmu kasyaf daripada al-Qur’an dan as-Sunnah.
Ibnu Taimiyah berkata:
“… Setiap yang memiliki Mukasyafah jika tidak ditimbang dengan al-Kitab dan as-Sunnah maka akan terjerumus pada kesesatan..” [Dar’u Ta’arudhu, ‘Aql wa nakl, 5/348]
  • 5.   Khurofat Dan Cerita-Cerita Bohong
Ketika manusia bersandar kepada khurofat dan cerita-cerita bohong maka mereka akan tenggelam dalam kesesatan dan kegelapan dengan tanpa petunjuk. Pemahaman mereka menjadi rusak, hingga akhirnya hanya khurofat dan cerita-cerita bohong yang menjadi patokan hukum, baik dalam aqidah, amaliyah dan hubungan kemasyarakatan di antara mereka, seperti ketergantungan kepada tukang sihir dan dukun, pengagungan terhadap Jin atau Setan serta mudah terpengaruh oleh ramalan buruk dan lain sebagainya.
  • 6.   Kitab-kitab sesat
Seperti halnya kitab primbon yang selalu dipakai oleh para penganut kebatinan yang mengaku sebagai orang Islam. Primbon ini sedikitnya membicarakan tentang perhitungan hari baik dan hari buruk, ramalan-ramalan ghaib, perhitungan mengenai tempat tinggal dan lain sebagainya.  Kitab yang lebih sesat lagi adalah Tadzkirah sumber rujukannya Ahmadiyah yang kafir namun masih ingin disebut Islam, kitab alkafy; sumber rujukan agama syi’ah kafir yang tetap mengklaim sebagai agama Islam, dan lain sebagainya.
Maha benar Alloh subhanahu wata’ala yang telah berfirman:
Barangsiapa yang menentang Rosul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami leluasakan dia di kesesatannya yang telah dijalaninya itu, dan kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.(QS. an-Nisa’: 115).
Pembaca yang budiman…
Kitabulloh dan sunnah Nabi-Nya adalah jalan petunjuk dan jalan keselamatan, barangsiapa yang berpegang dengan keduanya dan berjalan di atas manhajnya; maka Alloh akan meluruskan jalannya, menjaga dari penyimpangan dan kesesatan. Dan barangsiapa yang berpaling dari keduanya dan meninggalkan larangannya. Maka Alloh akan membuatnya menyimpang dan menyesatkannya serta mencatat atasnya kerugian di dunia dan akherat.
Wallohu a’lam
 Penulis: Ust. Supendi

No comments:

Post a Comment