Wednesday, 29 October 2014

Karunia Hidayah

 
 
Siapapun di dunia ini hanya akan menjaga dengan sungguh-sungguh
sesuatu yang dianggapnya berharga dan membuang sesuatu yang dianggapnya
tidak berharga. Semakin bernilai dan semakin berharga suatu benda, maka
akan lebih habis-habisan pula dijaganya.


Ada yang sibuk menjaga hartanya karena dia menganggap hartanyalah
yang paling bernilai. Ada yang sibuk menjaga wajahnya agar awet muda,
karena awet muda itulah yang dianggapnya paling bernilai. Ada juga yang
mati-matian menjaga kedudukan dan jabatannya, karena kedudukan dan
jabatan itulah yang dianggap membuatnya berharga.


Tapi ada pula orang yang mati-matian menjaga hidayah dan taufik
dari-Nya karena dia yakin bahwa hidup tidak akan selamat mencapai
akhirat kecuali dengan hidayah dan taufik dari ALLOH yang Mahaagung.
Inilah sebenarnya harta benda paling mahal yang perlu kita jaga
mati-matian. Betapa nikmat iman yang bersemayam di dalam kalbu melampaui
apapun yang bernilai di dunia ini.


Karenanya, sudah sepantasnya dalam mencari apapun di dunia ini, kita
tetap dalam rambu-rambu supaya hidayah itu tidak hilang. Misal, ketika
mencari uang untuk nafkah keluarga, kita sibuk dengan berkuah peluh
bermandi keringat mencarinya, tapi tetap berupaya dengan sekuat tenaga
agar dalam mencari uang ini hidayah sebagai sebuah barang berharga tidak
hilang dan taufik tidak sampai sirna.


Begitupula ketika menuntut ilmu, kita kejar ilmu setinggi-tingginya
tetapi tetap dalam rambu-rambu supaya hidayah tidak sampai sirna. Bahkan
seharusnya acara mencari nafkah, mencari ilmu, atau mencari dunia bisa
lebih mendekatkan dengan sumber hidayah dari ALLOH SWT.


Ada sebuah doa yang ALLOH SWT ajarkan kepada kita melalui firman-Nya,
“Robbanaa, laa tuziquluu banaa ba’da ijhhadaitana wahablana
milladunkarahmatan innaka antal wahhaab…” (Q.S. Ali Imran [3]: 8). (Ya
Tuhan kami, jangan jadikan hati ini condong kepada kesesatan sesudah
engkau beri petunjuk, dan karuniakan kepada kami rahmat dari sisimu,
sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Karunia).


Demikianlah ALLOH Azza wa Jalla, Dzat Maha Pemberi Karunia Hidayah,
mengajarkan kepada kita agar senantiasa bermohon kepada-Nya sehingga
selalu tertuntun dengan cahaya hidayah dari-Nya. Tidak bisa tidak, doa
inilah yang harus senantiasa kita panjatkan di malam-malam hening kita,
di setiap getar-getar doa yang meluncur dari bibir kita.  ***


Suatu waktu ada seorang wanita yang belum beberapa lama masuk Islam
(muallaf). Dan ternyata keluarganya tidak bisa menerima kenyataan ini,
sehingga ibunya mengusirnya dari rumah. Kejadiannya ketika menjelang jam
lima sore telepon berdering, suara diujung sana bicara dengan
terbata-bata, “Aa, aa tolong a tolong…!” Belum selesai bicara hubungan
telepon terputus. Dari nadanya kelihatan darurat, sehingga jelas-jelas
si penelpon sedang dalam kondisi membutuhkan bantuan. Sayangnya tidak
diketahui dimana menelponnya? Keadaannya bagaimana? Cuma yang diketahui
pasti adalah ALLOH Maha Melihat, Maha Menyaksikan segala kejadian, dan
Mahakokoh dalam melindungi siapapun. Tidak akan terjadi musibah,
“illabiidznillah” tanpa ijin ALLOH, dan tidak akan teraniaya kecuali
dengan ijin ALLOH pula.


Usai hubungan telepon terputus, saya berpikir apa yang bisa
dilakukan!? Karena yang terbayang di benak saat itu adalah justru si
anak dianiaya, teleponnya direbut atau kabelnya diputuskan. Terbayang
pula andai si anak ini dipaksa kembali ke agama semula oleh orang tuanya
atau minimal dianiaya. Tapi sejenak kemudian ingat pula akan
Kemahakuasaan ALLOH bahwa hanya dengan karunia-Nya saja hidayah bisa
sampai kepada si anak itu. Betapapun orang memaksa untuk melepas hidayah
keyakinan di jalan-Nya, tapi kalau ALLOH Azza wa Jalla, Dzat yang
Mahakuasa telah menghunjamkan dalam-dalam hidayah itu di kalbunya, kita
lihat bagaimana Bilal bin Rabbah, sahabat Rasulullah SAW yang mulia,
dijemur diterik matahari, dibawahnya beralas pasir membara, badan pun
dihimpit batu yang berat, tapi bibirnya yang mulia tetap mengucapkan,
“ALLOH, ALLOH, ALLOH”.


Demikianlah jikalau ALLOH telah menghunjamkan karunia hidayahnya,
tidak ada seorangpun yang bisa melepaskannya. Begitupun dengan si anak
dalam kejadian ini, setelah teleponnya diputus oleh ibunya, ternyata
benar ia dianiaya, dijambak, dan dirobek-robek jilbabnya. Hanya kemudian
dengan ijin ALLOH, dia dapat kembali menutup auratnya dan dengan hati
pilu si anak pun ikut bersama bibinya. Hanya ALLOH-lah yang melepaskan
dari setiap kesempitan.


Mudah-mudahan kejadian diatas dapat menambah keyakinan akan kokohnya
perlindungan ALLOH Azza wa Jalla. Betapapun tidak ada yang menolong,
yakinlah bahwa ALLOH-lah satu-satunya penolong. Begitupun ketika ada
yang menganiaya, maka si penganiaya pun adalah makhluk dalam genggaman
ALLOH. Tidak ada satupun ayunan dan pukulan tangan, atau bahkan
tendangan kakinya, kecuali tenaganya karunia dari ALLOH. Tidak ada
satupun darah yang menetes, kecuali dengan ijin ALLOH.


Karenanya mudah-mudahan saja apa yang menimpa si anak dalam peristiwa
diatas adalah salah satu cara bagaimana ALLOH menanamkan keyakinan
kepadanya. Karenanya walaupun tidak ada yang menolong, yakinlah bahwa
ALLOH-lah yang Mahakuasa memberikan pertolongan. Memang, terkadang kita
ditingkatkan keyakinan, dinaikan peringkat kedudukan disisi ALLOH, salah
satunya dengan diuji dengan bala dan kesempitan terlebih dulu.  ***


ALLOH SWT dalam hal ini berfirman, “Dan orang yang dipimpin ALLOH,
maka tiadalah orang yang akan menyesatkannya” (Q.S. Az Zumar [39]:37).


“Dan siapa yang disesatkan oleh ALLOH, maka tidak ada yang dapat menujukinya” (Q.S. Ar Ra’du [13]:33).


“Siapa yang diberi petunjuk (hidayah) oleh ALLOH maka ialah yang
mendapat petunjuk hidayah, dan siapa yang disesatkan oleh ALLOH, maka
tidak akan engkau dapatkan pelindung atau pemimpin untuknya” (Q.S. .

“Sesungguhnya ALLOH membiarkan sesat siapa yang dikehendaki-Nya dan
dipimpin-Nya siapa yang dikehendaki-Nya.” (Q.S. Al Fathir [35]: 8).


Imam Ibnu Athoillah dalam kitabnya yang terkenal Al Hikam memaparkan, “Nur

(cahaya-cahaya) iman, keyakinan, dan zikir adalah kendaraan yang dapat
mengantarkan hati manusia ke hadirat ALLOH serta menerima segala rahasia
daripada-Nya.


Nur (cahaya terang) itu sebagai tentara yang membantu hati,
sebagaimana gelap itu tentara yang membantu hawa nafsu. Maka apabila
ALLOH akan menolong seorang hamba-Nya, dibantu dengan tentara nur Illahi
dan dihentikan bantuan kegelapan dan kepalsuan”


Nur cahaya terang berupa tauhiid, iman dan keyakinan itu sebagai
tentara pembela pembantu hati, sebaliknya kegelapan, syirik, dan ragu
itu sebagai tentara pembantu hawa nafsu, sedang perang yang terjadi
antara keduanya tidak kunjung berhenti, dan selalu menang dan kalah.


Lebih lanjut beliau berujar, “Nur itulah yang menerangi (membuka) dan
bashirah (matahati) itulah yang menentukan hukum, dan hati yang
melaksanakan atau meninggalkan nur itulah yang menerangi baik dan buruk,
lalu dengan matahatinya ditetapkan hukum, dan setelah itu maka
matahatinya yang melaksanakan atau menggagalkannya.” Semoga ALLOH Azza
wa Jalla mengaruniakan kepada kita penuntun yang membawa cahaya hidayah
sehingga menjadi terang jalan hidup ini, subhanallah.



Karunia Hidayah

No comments:

Post a Comment