Wednesday, 29 October 2014

Upaya Menghidupkan Qolbu

 
 
Kalau ada satu keberuntungan bagi manusia dibanding dengan
hewan, maka itu adalah bahwa manusia memiliki kesempatan untuk ma’rifat
(kesanggupan mengenal Allah). Kesanggupan ini dikaruniakan Allah karena
manusia memiliki akal dan yang terutama sekali hati nurani. Inilah
karunia Allah yang sangat besar bagi manusia.


Orang-orang yang hatinya benar-benar berfungsi akan berhasil
mengenali dirinya dan pada akhirnya akan berhasil pula mengenali
Tuhannya. Tidak ada kekayaan termahal dalam hidup ini, kecuali
keberhasilan mengenali diri dan Tuhannya.


Karenanya, siapapun yang tidak bersungguh-sungguh menghidupkan hati
nuraninya, dia akan jahil, akan bodoh, baik dalam mengenal dirinya
sendiri, lebih-lebih lagi dalam mengenal Allah Azza wa Jalla, Zat yang
telah menyempurnakan kejadiannya dan pula mengurus tubuhnya lebih
daripada apa yang bisa ia lakukan terhadap dirinya sendiri.


Orang-orang yang sepanjang hidupnya tidak pernah mampu mengenal
dirinya dengan baik, tidak akan tahu harus bagaimana menyikapi hidup
ini, tidak akan tahu indahnya hidup. Demikian pun, karena tidak mengenal
Tuhannya, maka hampir dapat dipastikan kalau yang dikenalnya hanyalah
dunia ini saja, dan itu pun sebagian kecil belaka.


Akibatnya, semua kalkulasi perbuatannya, tidak bisa tidak, hanya
diukur oleh aksesoris keduniaan belaka. Dia menghargai orang semata-mata
karena orang tersebut tinggi pangkat, jabatan, dan kedudukannya,
ataupun banyak hartanya. Demikian pula dirinya sendiri merasa berharga
di mata orang, itu karena ia merasa memiliki kelebihan duniawi
dibandingkan dengan orang lain. Adapun dalam perkara harta, gelar,
pangkat, dan kedudukan itu sendiri, ia tidak akan mempedulikan dari mana
datangnya dan kemana perginya karena yang penting baginya adalah ada
dan tiadanya.


Sebagian besar orang ternyata tidak mempunyai cukup waktu dan
kesungguhan untuk bisa mengenali hati nuraninya sendiri. Akibatnya,
menjadi tidak sadar, apa yang harus dilakukan di dalam kehidupan dunia
yang serba singkat ini. Sayang sekali, hati nurani itu – berbeda dengan
dunia – tidak bisa dilihat dan diraba. Kendatipun demikian, kita
hendaknya sadar bahwa hatilah pusat segala kesejukan dan keindahan dalam
hidup ini.


Seorang ibu yang tengah mengandung ternyata mampu menjalani
hari-harinya dengan sabar, padahal jelas secara duniawi tidak
menguntungkan apapun. Yang ada malah berat melangkah, sakit, lelah,
mual. Walaupun demikian, semua itu toh tidak membuat sang ibu berbuat
aniaya terhadap jabang bayi yang dikandungnya.


Datang saatnya melahirkan, apa yang bisa dirasakan seorang ibu,
selain rasa sakit yang tak terperikan. Tubuh terluka, darah bersimbah,
bahkan tak jarang berjuang diujung maut. Ketika jabang bayi berhasil
terlahir ke dunia, subhanallaah, sang ibu malah tersenyum bahagia.


Sang bayi yang masih merah itu pun dimomong siang malam dengan
sepenuh kasih sayang. Padahal tangisnya di tengah malam buta membuat
sang ibu terkurangkan jatah istirahatnya. Siang malam dengan sabar ia
mengganti popok yang sebentar-sebentar basah dan sebentar-sebentar
belepotan kotoran bayi. Cucian pun tambah menggunung karena tak jarang
pakaian sang ibu harus sering diganti karena terkena pipis si jantung
hati. Akan tetapi, Masya Allah, semua beban derita itu toh tidak membuat
ia berlaku kasar atau mencampakkan sang bayi.


Ketika tiba saatnya si buah hati belajar berjalan, ibu pun dengan
seksama membimbing dan menjaganya. Hatinya selalu cemas jangan-jangan si
mungil yang tampak kian hari semakin lucu itu terjatuh atau menginjak
duri. Saatnya si anak harus masuk sekolah, tak kurang-kurangnya menjadi
beban orang tua. Demikian pula ketika memasuki dunia remaja, mulai
tampak kenakalannya, mulai sering membuat kesal orang tua. Sungguh
menjadi beban batin yang tidak ringan.


Pendek kata, sewaktu kecil menjadi beban, sudah besar pun tak kurang
menyusahkan. Begitu panjang rentang waktu yang harus dijalani orang tua
dalam menanggung segala beban, namun begitu sedikit balas jasa anak.
Bahkan tak jarang sang anak malah membuat durhaka, menelantarkan, dan
mencampakkan kedua orang tuanya begitu saja manakala tiba saatnya mereka
tua renta.


Mengapa orang tua bisa sedemikian tahan untuk terus menerus berkorban
bagi anak-anaknya? Karena, keduanya mempunyai hati nurani, yang dari
dalamnya terpancar kasih sayang yang tulus suci. Walaupun tidak ada
imbalan langsung dari anak-anaknya, namun nurani yang memiliki kasih
sayang inilah yang memuatnya tahan terhadap segala kesulitan dan
penderitaan. Bahkan sesuatu yang menyengsarakan pun terasa tidak menjadi
beban.


Oleh karena itu, beruntunglah orang yang ditakdirkan memiliki
kekayaan berupa harta yang banyak, akan tetapi yang harus selalu kita
jaga dan rawat sesungguhnya adalah kekayaan batin kita berupa hati
nurani ini. Hati nurani yang penuh cahaya kebenaran akan membuat
pemiliknya merasakan indah dan lezatnya hidup ini karena selalu akan
merasakan kedekatan dengan Allah Azza wa Jalla. Sebaliknya, waspadalah
bila cahaya hati nurani menjadi redup. Karena, tidak bisa tidak, akan
membuat pemiliknya selalu merasakan kesengsaraan lahir batin lantaran
senantiasa merasa terjauhkan dari rahmat dan pertolongan-Nya.


Allah Mahatahu akan segala lintasan hati. Dia menciptakan manusia
beserta segala isinya ini dari unsur tanah; dan itu berarti senyawa
dengan tubuh kita karena sama-sama terbuat dari tanah. Karenanya, untuk
memenuhi kebutuhan kita tidaklah cukup dengan berdzikir, tetapi harus
dipenuhi dengan aneka perangkat dan makanan, yang ternyata sumbernya
dari tanah pula.


Bila perut terasa lapar, maka kita santap aneka makanan, yang
sumbernya ternyata dari tanah. Bila tubuh kedinginan, kita pun
mengenakan pakaian, yang bila ditelusuri, ternyata unsur-unsurnya
terbuat dari tanah. Demikian pun bila suatu ketika tubuh kita menderita
sakit, maka dicarilah obat-obatan, yang juga diolah dari
komponen-komponen yang berasal dari tanah pula. Pendek kata, untuk
segala keperluan tubuh, kita mencarikan jawabannya dari tanah.


Akan tetapi, qolbu ini ternyata tidak senyawa dengan unsur-unsur
tanah, sehingga hanya akan terpuaskan laparnya, dahaganya, sakitnya,
serta kebersihannya semata-mata dengan mengingat Allah. “Alaa
bizikrillaahi tathmainul quluub.” (QS. Ar Rad [13] : 28). Camkan, hatimu
hanya akan menjadi tentram jikalau engkau selalu ingat kepada Allah!


Kita akan banyak mempunyai banyak kebutuhan untuk fisik ita, tetapi
kita pun memiliki kebutuhan untuk qolbu kita. Karenanya, marilah kita
mengarungi dunia ini sambil memenuhi kebutuhan fisik dengan unsur
duniawi, tetapi qolbu atau hati nurani kita tetap tertambat kepada Zat
Pemilik dunia. Dengan kata lain, tubuh sibuk dengan urusan dunia, tetapi
hati harus sibuk dengan Allah yang memiliki dunia. Inilah sebenarnya
yang paling harus kita lakukan.


Sekali kta salah dalam mengelola hati – tubuh dan hati sama-sama
sibuk dengan urusan dunia – kita pun akan stress jadinya. Hari-hari pun
akan senantiasa diliputi kecemasan. Kita akan takut ada yang
menghalangi, takut tidak kebagian, takut terjegal, dan seterusnya. Ini
semua diakibatkan oleh sibuknya seluruh jasmani dan rohani kita dngan
urusan dunia semata.


Inilah sebenarnya yang sangat potensial membuat redupnya hati nurani.
Kita sangat perlu meningkatkan kewaspadaan agar jangan sampai mengalami
musibah semacam ini.


Bagaimana caranya agar kita mampu senantiasa membuat hati nurani ini
tetap bercahaya? Secara umum solusinya adalah sebagaimana yang
diungkapkan di atas : kita harus senantiasa berjuang sekuat-kuatnya agar
hati ini jangan sampai terlalaikan dari mengingat Allah. Mulailah
dengan mengenali apa yang ada pada diri kita, lalu kenali apa arti hidup
ini. Dan semua ini bergantung kecermatan kepada ilmu. Kemudian gigihlah
untuk melatih diri mengamalkan sekecil apapun ilmu yang dimiliki dengan
ikhlas. Jangan lupa untuk selalu memilih lingkungan orang yang baik,
orang-orang yang shalih. Mudah-mudahan ikhtiar ini menjadi jalan bagi
kita untuk dapat lebih mengenal Allah, Zat yang telah menciptakan dan
mengurus kita. Dialah satu-satunya Zat Maha Pembolak-balik hati, yang
sama sekali tidak sesulit bagi-Nya untuk membalikan hati yang redup dan
kusam menjadi terang benderang dengan cahaya-Nya. Wallahu’alam.

Upaya Menghidupkan Qolbu

No comments:

Post a Comment